Minggu, 14 Februari 2016

Pesona Tersembunyi Pulau Weh, Sabang

Sabang adalah salah satu kota di Aceh. Kota ini berupa kepulauan di sebrang utara pulau Sumatera dengan pulau Weh. Saat ini Sabang adalah tempat yang paling banyak peminatnya yang mendatangkan wisatawan lokal ataupun mancanegara. Sabang yang memiliki pesona laut yang luar bisa yang menarik perhatiaan banyak orang. 

Liburan panjang menjadi target buat kami mengunjungi Sabang dan melihat sendiri keeksotisan alamnya. Berangkat dengan menggunakan Bus PMTOH dengan harga tiket Rp 180.000/orang kami mengambil waktu keberangkatan malam pukul 21:00 WIB. 

Kak Dini - Kak Dedek - Aku - Erlin - Kak Devi
Dengan berangkotakan 5 personil (kayak girl band) kami berangkat menuju Banda Aceh. Perjalanan yang di tempuh sekitar 11 - 12 jam tergantung kecepatan supir mengemudi.


Pukul 08:15 WIB kami tiba di terminal Banda Aceh dan menunggu jemputan untuk menghantarkan kami ke pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. Dari terminal ke pelabuhan tidak terlalu jauh hanya memakan waktu 20 menit untuk sampai ke tujuan.

Pelabuhan Ulee Lheue
Dari pelabuhan ini nanti kita akan menyebrang ke Pulau Weh, Sabang. Dengan menaiki kapal feri/kapal lambat dengan harga tiket Rp 25.000/orang.

Di atas Kapal Feri
Karena libur nasional dan banyak wisatawan yang kemari jadi kapal terasa padat dan kami harus berdesakan untuk mengantri masuk ke kapal. Banyak juga penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk memilih tempat berdiri yang nyaman. Baik di atas ataupun di bawah semua tempat yang asyik buat melihat laut membentang dipadati oleh pengunjung yang akan berlibur ke Sabang jadi dianjurkan jika pergi kemari lebih baik di hari biasa biar dapat feel buat selfi dan tidak terjadi kepadatan di atas kapal, jadi perjalanan kamu lebih menyenangkan dan tidak takut jika tidak kebagian tempat.

Ini kali kedua aku menyebrang ke Sabang, perjalanan di atas kapal terasa cukup lama lebih kurang 3 jam di atas laut yang bergelombang, kapal terasa terombang ambing mau tidak mau tubuh ini harus mengikuti pergerakan kapal akibatnya tidak sedikit penumpang kapal yang muntah termasuk si edak (erlin) tidak di dalam bus dan kapal pasti muntah hahhahah... Sabar ya edak.
Pukul 13:00 kami sampai ke pelabuhan Sabang di sana kami di jemput oleh taksi yang sudah kami booking dua minggu sebelum keberangkatan. Taksi melaju membawa kami kepenginapan yang telah kami booking juga. Kami mengambil 2 malam di hotel itu dengan memesan 2 kamar hotel. Sampai di penginapan kami merebahkan diri sejenak di atas ranjang empuk yang telah tersedia. Menaruh barang masing-masing dan membersihkan diri.
Pukul 15:00 WIB taksi yang akan mengantar kami keliling kota Sabang sudah datang menjemput. Sudah bersih dan stay dengan penampilan masing-masing untuk mengambil beberapa moment yang bisa diabadikan di kota panorama yang terkenal dengan keindahan lautnya.
Pertama kali supir mengajak kami melihat tulisan "I Love Sabang" katanya kurang pas jika turis yang pergi kemari tidak berfoto di sini. Setelah mengambil beberapa gambar kece cewek-cewek manis, kami pergi makan di daerah Sabang Fair menikmati sate gurita, udang, dan menu utama yang aku cari di sini adalah mie aceh kepiting. Karena menu ini menjadi andalan utama ketika berada di Aceh.

Tugu I Love Sabang


Pantai Sumur Tiga


Ketika matahari sudah menunjukkan sayap merahnya kami bergegas kembali ke hotel untuk melaksanakan solat maghrib sejenak dan juga melepas lelah.


Selesai solat Isya kami kembali lagi di jemput untuk membawa kami menikmati pemandangan kota Sabang di malam hari sekalian mencari makan malam di sana. Puas berkeliling dan malam semakin larut kami kembali lagi diantar ke penginapan.


Selamat Pagi Sabangggggggggggggggggg . . .
Matahari mulai muncul perlahan memamerkan keindahannya. Kami bangun pagi sekali agar tidak memakan waktu lama dan bisa melihat-lihat tempat yang ingin dilihat karna ini hari terakhir di sini sebelum kembali ke Banda Aceh besok pagi untuk menyebrang.


Mencari sarapan pagi di lokasi yang tidak jauh dari penginapan kami. Sarapan di sini itu biasa seperti di Medan yaitu lontong sayur, nasi gurih ada juga lupis dan gorengan bakwan serta pisang. Setelah mengisi lambung sejenak, supir membawa kami menuju KiloMeter0 Indonesia. Akses jalan cukup kecil jadi jika ada mobil yang berpapasan salah satu harus menggir sedikit dan mencari jalan merapat kesemak-semak. Lokasi jalan pun sering terjadi longsor mungkin karena jalanan mendaki.
Agak sedikit kecewa ketika tiba di sana, ternyata tugu KiloMeter0 sedang tahap renovasi dan masih banyak besi-besi yang tergeletak di daerah sekitar. Kepadatan pengunjung menjadi salah satu penyebab kekecewaan kami yang tidak bisa mengabadikan tulisan "KILOMETER0 INDONESIA" dengan sempurna.

 
Tugu Kilo Meter 0 Indonesia
 Kita lanjut perjalanan kita ke Iboh... Kita akan snorkeling di Pulau Ibo yang terkenal dengan ikan-ikannya yang menggoda. Bukan untuk di makan ya hanya dipandangi saja. Oh iya, jika jalan-jalan kemari jangan heran jika kamu bertemu banyak turis ya. Salah satunya Mr.Ibrahim yang kami temui ini berasal dari negara kangguru yaitu Australia, dia sangat tertarik dengan kota Sabang beliau sudah empat hari berada di sini loh dan katanya beliau suka wanita Indonesi hehehhe... Jomblo ternyata :D . Ada yang berminat ??



Biaya yang diperlukan untuk snorkeling itu sebesar Rp 800.000,- sudah termasuk biaya sewa boat, peralatan snorkeling, sewa kamera air, makanan ikan buat umpan, sama fee guide yang membawa kami, jadi satu orang dikenakan biaya Rp 200.000. Agak mahal bukan? karena kami sewa kapal nyebrang dan guide tidak gabung dengan pengunjung yang lain tapi sewa secara pribadi karena takut tidak puas jika bercampur dengan yang lainnya. Untuk nyebrang ke Pulau Rubiah menggunakan boat hanya memakan waktu lebih kurang 10-15 menit tidak terlalu jauh memang. Suasa yang paling disukai itu ketika berada di atas boat kayak ada manis-manisnya gitu.

Pulau Rubiah
Siap-Siap Snorkeling

Ini pertama kalinya bagi kami snorkeling dan dari keempat ini gak ada yang bisa berenang, jadi agak takut-takut tapi pengen nyoba. Gak ada yang berani nyelam cuma bisa dipermukaan aja wkwkkwwk... Agak lucu ketika mengingat kembali kenangan itu (lebay).

Sudah puas snorkeling dan keliling pulau Rubiah saatnya kembali lagi ke lokasi dan berbenah diri. Ini yang paling malas sebenarnya harus mengantri ke kamar mandi buat ganti baju. Dikarenakan pengunjung yang begitu ramai jadi kami harus bersabar untuk mendapatkan kamar mandi. Selesai berbenah diri, kami melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Pria Laot. Air terjun pria laut ini terletak di di hulu Gunung Sarung Keris bagian selatan pulau Weh. Pulau Weh yang dikeliling oleh laut ternyata menyimpan pesona air tawar yang tersembunyi di balik hutan. Untuk memasuki lokasi air terjun kamu perlu berjalan kaki untuk sampai di sana karena melewati jalanan sungai dan memasuki hutan. Perjalanan masuk ke dalam tidak terlalu jauh sekitar 30 menit berjalan kaki. Disarankan bagi pengunjung tuk hati-hati karena daerah batu yang berlumut mengakibatkan jalanan licin.

Air Terjun Putra Laot
Air Terjun Putra Laot ini juga banyak didatangi pengunjung yang ingin melihat pesona air tawar yang tersembunyi di Pulau Weh. Air terjun ini dibawahnya ada kolam yang tidak terlalu besar yang memiliki kedalaman sekitar 1,5 meter. Untuk sekedar bermain air di sini bisa menghabiskan waktumu loh karena di dalam kolam ini terdapat ikan bulan (sebutan warga sekitar) yang biasa dipakai buat terapi ikan atau sering disebut Garra Rufa. Jika kamu berendam lama di kolam ini akan terasa gelik di tubuh seperti kita sedang terapi. Dengan tubuh mungil ikan ini mampu mengangkat sel kulit mata terutama pada bagian kaki, selain itu ia bisa mengeluarkan enzim dari sel kulit mati yang di makan tadi dari mulutnya, membuat kulit terasa lebih halus dan mencegah pertumbuhan kulit tak sehat.




Masjid Agung Sabang
Sudah habis waktu kita di kota Sabang tinggal menunggu malam terakhir di pulau ini karena besok pagi harus kembali menaiki kapal laut untuk nyebrang ke Banda Aceh.

Besok paginya kami bangun pagi-pagi untuk mengejar tiket kapal agar tidak habis. Ternyata berjam-jam menunggu tidak kunjung mendapatkan tiket baik dari kapal cepat atau pun dari kapal lambat. Dan antrian manusia semakin membeludak dan bertambah banyak. Akhirnya kami menyebrang pukul 15:30 WIB. Sungguh perjuangan sekali yaaa....

Lelah letih bercampur emosi rasanya di pelabuhan Sabang dan akhirnya kami tiba di Banda Aceh. Menjelang maghrib kami ke rumah makan yang menyediakan mushola untuk kami solat sekaligus melepas rasa lapar di perut.

Naik Bus Pelangi
Back To Medannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn . . .
Selamat tinggal liburaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnn
Selamat tinggal Sabanggggggggggggggggggggggggggggg



Sampai jumpa kembali
Chaniago ^_^

One Heart Hill Telagah Batu Mbelang, Langkat

Langkat terkenal dengan kesejukan air sungainya, kini hadir dengan pesona unik yang ditampilkan dari tempat wisata "One Heart Hill Bat...