Senin, 17 Juli 2017

Pantai Bernuansa Cinta di Romance Beach, Perbaungan

Tanggal 16 Juli 2017 usiaku beranjak 25 tahun. Untuk mengisi waktu ulang tahun dan sebagai kado aku diajak jalan-jalan bersama teman ke Pantai Romance Beach.

Pantai Romantis atau biasa di sebut dengan Romance Bay ini terletak di Jl. Pantai Tengah No. 20, Desa Sei Nagalawan, Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, searah dengan Pantai Mangrovee. Untuk menuju lokasi dari Medan bisa mengendarai sepeda motor atau mobil pribadi atau bus pariwisata untuk rombongan jarak tempuh sekitar 2 jam. 


Lobby Romance Beach
Sampai di Romance Beach kamu akan diberi tiket parkir dan dikenakan biaya Rp 10.000/kereta dan kamu nanti akan diarahkan menuju lobby sebelum masuk ke objek wisata. Di lobby ada dua mbak-mbak cantik yang akan menyapa kamu, dan untuk biaya masuknya kamu dikenakan Rp 35.000/orang dewasa untuk anak-anak umur 3 sampai 10 tahun dekenakan tarif Rp 25.000/anak dengan fasilitas snack, minuman botol, wifi, kamar mandi, pondok bebas milih selagi belum diisi orang lain, bebas untuk bawa makanan dan keluar masuk. Di sini kamu bisa membuat bakar-bakar ikan asal dibersihkan kembali ketika selesai. Kamu bisa puas menggunakan semua fasilatas yang ada secara gratissss. Upzz.... Jangan khawatir jika kamu tidak membawa bekal buat makan siang karna di sini disediakan menu hidangan laut serta darat lohhh dengan harga ekonomis ada paket berduanya buat kamu yang pasangan... Hmmm... Pasangan Halal enaknya sich :D

Pintu Masuk Romance Bay
Ketika masuk kamu akan di sambut dengan hiasan payung yang bergantung di atas dan bunga-bunga yang berhiasan seperti tempat resepsi pernikahan. Di sisi kiri kamu bisa berjalan melewati hutan mangrove serta di sisi kanan ada toilet dan mushola. Saat memulai memasuki Romance Bay ada suasa wah memandang sekitar, hiasana romantis bergantung dimana-mana, tempat ini sangat cocok bagi kamu pasangan muda untuk berkunjung kemari. Eitz... Tidak hanya buat pasangan untuk santai bersama keluarga atau teman juga bisa loh atau kamu ingin buat acara perusahaan juga bisa di sini. Di Romance bay ini juga tersedia tempat untuk acara resepsi pernikahan dengan paket pernikahan yang tak terlalu mahal. Untuk acara ulang tahun juga bisa dislenggarakan di sana.


Selepas melewati jembatan kamu akan melihat panggung kecil berbunga-bunga yang berbuntuk hati. Kamu bisa menagbadikan moment di sana.

Jika kamu belok kanan kamu akan melihat deretan pohon mangrove yang membentang hijau, membuat sejuk mata memandang.

LOVE (CINTA)
Buat kamu yang doyan selfi Romance Beach ini sangat cocok loh karna dilengkapi hiasan unik dan menarik perhatian juga lucu-lucu. Jadi jangan heran jika kamu menemukan banyak sekali lambang-lambang cinta di sana.

Restauran Beach
Jika ingin memesan makanan kamu dapat memesannya di restauran ini, tidak perlu makan di lokasi kamu bisa memilih tempat atau pondok sesuai selera kamu nanti waiters akan datang menghantarkan pesanan kamu.

Jika ingin berjemur ada beberapa kursi pantai yang telah disediakan oleh pengelola pantai asal tahan saja kamu menantang teriknya mentari.

Tidak terasa waktu menunjukkan waktu solat dzuhur untuk itu kita kembali ke arah lobby dan bersipa solat dzuhur setelah itu baru dech menyatap hidangan makan siang yang telah aku sediakan dari rumah.

Istirahat sejenak dan lanjut menyusuri hutan mangrove yang berada di jalur kiri setelah pintu masuk pantai.



 





Sudah selesai mengelili Pantai Romance saatnya kita beranjak pulang ke Medan karna jam telah menunjukkan pukul 15:00 agar tidak terkena macet saat pulang.

Buat kamu yang hobby selfi dan suka dengan suasa romantis pantai ini wajib kamu datangi lohhhhh... Gak bakalan nyesal dech pokoknya....



Wassalam ^_^

Sibayak, Gunungnya Pendaki Pemula

Sibayak adalah lokasi camping yang sering dikunjungi oleh para pencinta alam atau pendaki gunung awam yang baru mencium nikmatnya penjelajah 😁. Lokasi tempat wisata ini bisa dilalui dari gundaling atau jalan debu-debu. Gunung Sibayak merupakan gunung berapi aktif yang memiliki kawah belerang pernah melutus terakhir pada tahun 1881 dan posisi gunung ini menghadap ke arah berastagi.

Jarak tempuh dari Medan mengahabiskan waktu sekitar hampir 2 jam untuk mencapai lokasi pendakian, dikarenakan jalanan menuju gunung sangatlah rusak bebatuan besar dan juga sering kali bagi pengendara sepeda motor biasa ajatuh akibat tidak seimbangnya roda dengan medan jalan. 

Pintu masuk di jalur pertama kalian dipungut biaya Rp 10.000,-/sepeda motor lalu diizinkan kembali jalan ke jalur berikutnya sampai nanti diatas tempat parkiran kalian bisa menitipkan sepeda motor dan barang-barang yang lain ke petugas keamanan. Oia guys, ketika mendaki bawalah air minum, snack serta barang secukupnya agar ketika mendaki nanti kalian tidak akan kesusahan atau keberatan karna membawa barang berlebihan.
Untuk sampai ke kawah belerang Sibayak hanya sekitar 1 jam, medan jalan cukup aman bagi pemula dan sangat nyaman dengan suasana pengunungan serta pemandangan saat mendaki. Ada bukit kapur sepertinya yang sangat menarik perhatianku untuk berfoto di situ. Ini merupakan gunung pertama yang aku daki 😅 Maklum anak Mall jarang kemana-mana cielleee hehehhe...

Banyak yang bisa kalian abadikan di sini, view yang bagus serta udara yang dingin membuat hati menjadi adem dan tentram, kalau yang sedang patah hati cocok banget nich buat mendaki gunung sibayak 😂😂 biar rasa kesal di dada itu hilang tertiup angin yang koncang.

Perlahan demi perlahan kaki kami melangkah untuk bisa sampai ke posisi yang telah diinginkan, katanya kalau belum sampai ke kawah belerang ini maka belum sah mendaki gunung sibayang.

Ini dia Kawah Belerang Gunung Sibayak yang menjadi view pertama di sini dan banyak sekali peminat untuk bisa berfoto dengan kawan belerang ini, kami pun juga tak mau ketinggalan dengan ini heheheh.


Beberapa view di Gunung Sibayak :


Bagi seorang pemula seperti kami, gunung sibayak adalah gunung yang sangat diminati untuk medapatkan sensasi pertama mendaki gunung. Pengalaman pertama yang sangat menyenangkan. Mungkin nanti bisa pergi mendaki ke puncak gunung lain di Indonedia.

Sampai di sini dulu perjalanan kita guys... Salam Traveler


Minggu, 16 Juli 2017

Menguak Sejarah Istana Maimun dan Meriam Puntung




Istana Maimun merupakan tempat wisata yang banyak diminati oleh warga Medan. Tempat ini ramai dikunjungi oleh pelajar untuk mengetahui sejarah kesultanan deli. Lokasi Istana Maimun ini tidak jauh dari Masjid Raya Al-Mashun sekitar 500m  kamu bisa berjalan kaki atau mengendarai becak jika tidak bawa sepeda motor. Untuk masuk ke lokasi kamu hanya dikenakan biaya Rp 5.000,-/orang cukup murah bukan? Dengan harga yang terjangkau dikocek kita sudah menikmati arsitektur melayu, melihat peninggalan kerajaan Deli seperti keris, singgasana, mahkota, perhiasan, dan lain sebagainya.


Istana Maimun adalah istana Kesultanan Deli yang merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara, terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.

Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan. Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. 

Oia guys, di dalam Istana Maimun ada jasa sewa baju adat loh. Baju adat Melayu yang kami gunakan ini dapat kamu sewa guys harganya Rp 10.000,- untuk yang biasa dan untuk full aksesoris Rp 70.000,- s/d 150.000,-. Selama penyewaan baju adat ini kamu bisa berfoto disekitar lingkup Istana Maimun dan hati-hati ya khususnya yang menyewa full karena kerusakan barang ditanggung oleh penyewa.





 


 

Jika kamu berjalan ke arah kanan bangunan kamu akan melihat beberapa tulisan yang menguak sejarah bangunan ini berdiri, siapa pencetus pertamanya dan juga di sini kamu akan tahu info keturunan Kesultanan Deli sampai saat ini loh guys.

Jika kamu perhatikan gambar ini kamu akan tahu dengan sekali lihat bahwa bangunan ini adalah bangunan Melayu. Dikarenakan warna kuning khas Melayu yang begitu menonjol pada bangunan Istana Maimun dan juga Melayu sangat dekat sekali unsurnya dengan nuansa Islami. Hal ini dapat dilihat dari lengkungan atas atap ini yang biasa kita jumpai pada bangunan-bangunan di Timur Tengah.

Jika kamu berjalan ke halaman istana ada satu bangunan kecil beratap ijuk yang berada di sisi kanan istana. Ini menarik perhatian kami untuk mengunjungi lokasi tersebut. Ternyata di sana tersimpan Meriam Puntung yang disebut juga meriam buntung dengan legenda penjelmaan putri yang cantik.
Untuk masuk ke dalam hanya merogoh kocek anda senilai Rp 3.000/orang dan di sana kalian akan di sambut oleh seorang ibu yang menjadi juru bicara yang akan menjelaskan sebuah kisah tentang asal usul Meriam Puntung.
Meriam Puntung adalah penjelmaan dari adik Putri Hijau dari Kerajaan Deli Tua bernama Mambang Khayali nan cantik jelita. Kenapa di sebut sebagai Putri Hijau dikarenakan tubuhnya memancarkan cahaya hijau. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian depannya ditemukan di Kampung Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Tanah Karo. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun. Jika kalian meletakkan telinga di dekat Meriam Puntung ini akan ada aliran air seperti aliran sungai didalamnya dan ini terdengar jelas. Jangan heran jika ada semacam bunga/kembang di dekat meriam puntung, mungkin itu digunakan sebagai pewangi atau menambah keindahan saja.

Sampai di sini perjalan kita menguak tentang sejarah Istana Maimun. Jika kamu penasaran dengan lokasi ini, yuks kunjungi segera kapan aja kamu mau atau kamu bisa mengnjunginya di saat jam pulang kantor untuk sekedar bermain di areal istana. Oia, batas tutup areal ini pukul 18:00 WIB dan batas masuk ke istana pukul 17:00 WIB.

Mau belajar sejarah dengan cepat? Yah.. kunjungi lokasi yang penuh sejarah ^_^

Senin, 03 Juli 2017

Liburan Hemat di Kota Langsa

Lebaran telah usai, namun liburan masuk kantor masih panjang untuk dilalui dengan hanya berdiam diri di rumah. Biasanya setiap orang punya cara tersendiri untuk mengisi kekosongan di waktu libur misalnya pergi jalan-jalan keluar kota, provinsi, pulau ataupun keluar negeri.
Jalan-jalan hemat yang tidak jauh dari kota Medan dan tidak memakan biaya yang cukup besar, aku memilih kota yang terdekat yaitu Langsa. Kota Langsalah yang menjadi sasaran untuk mengisi liburan saat ini. Untuk sampai ke Langsa bisa menggunakan sepeda motor, mobil pribadi atau transportasi umum. Aku memilih menggunakan mini bus menunggu di terminal pinang baris, harga tiket perorangnya Rp 45.000,- dikarenakan lebaran harga tiket naik Rp 10.000,-. Perjalanan dari Medan ke Langsa berkisaran 3 sampai 4 jam perjalanan tergantung kecepatan supir mengemudi mobilnya.

Pukul 14:00 WIB saya tiba di Kota Langsa. Dari simpang tugu itu aku menunggu teman yang akan menjemput dan menjadi guide selama aku berada di Langsa yaitu abangda Ilham ^_^. Karena perut belum diisi dan juga sudah lewat dari jam makan siang, maka terlebih dahulu kami mencari tempat untuk mengisi lambung sejenak. Beliau mengajak aku ke Cafe Terapung yaitu WTC (Wira Terapung Cafe) yang berlokasi di Kuala Langsa.

Restaurant Terapung
Wira Terapung Cafe ini menjadi sasaran pengunjung untuk menikmati mie seafood yang sangat sangat memanjakan lidah bagi pencinta mie aceh. Harga yang ditawarkan pun cukup murah bagi penikmat kuliner. Di WTC ini aku memesan menu mie aceh kepiting dan teh manis dingin. Sudah lama sekali aku menginginkan makan mie aceh kepiting di Kuala ini... Rasaaaanyaaa gak bisa move on ^_^

Wira Terapung Cafe
Selain harga yang cukup ekonomis untuk harga seafoodnya, di WTC juga menyuguhkan tempat makan yang asri yang dibawahnya itu ada ikan-ikan kecil berenang kesana kemari. Cukup nyaman bagiku menikmati makanan sambil melihat pemandangan nuansa laut yang menggode serta hutan bakau yang hijau menambah kesejukan mata memandang.

Pelabuhan Kuala
Setelah menikmati makanan dan menunaikan solat dzuhur, beliau mengajak aku pergi ke Pelabuhan Kuala yang tidak jauh dari WTC. Masuk pelabuhan dikenakan biaya sebesar Rp 2.500,- persepeda motor. Di dalam pelabuhan ternyata sudah ramai wisata lokal maupun dari luar kota yang berkunjung ke pelabuhan ini hanya sekedar mengambil beberapa gambar dan ada juga yang memancing, duduk senda gurau sambil menikmati jajanan atau menunggu anak mereka bermain-main air laut di tepian. Dari sini kita bisa menikmati hembusan angin pantai serta matahari yang tidak menyilaukan mata. Ada beberapa kapal yang parkir seperti di gambar menambah suasana pelabuhannya. 
Menurut pengakuan bang Ilham, kalau pelabuhan ini pernah dijadikan markas pengungsian warga Rohingya. Mereka diangkut dari kapal yang kayu yang terdampar di tengah lautan aceh dan di bawa oleh nelayan yang menemukan mereka. Ada beberapa tenda yang di buat untuk tempat sementara mereka melepas kepenatan. Selama di sini, warga Rohingya banyak di bantu oleh masyarakat Langsa, tidak hanya dari makanan mereka juga pakaian, mengaji dan lainnya. Masyarakat Aceh yang nilai agamanya masih dibilang kental ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai islam.

Hutan Mangrovee Kuala
Dari pelabuhan kita akan berpindah ke Hutan Mangrove. Hutan Mangrove Kuala Langsa ini adalah salah satu tempat wisata yang banyak diminati oleh warga Langsa karena pesona mangrove yang memanjagakan mata. Tidak hanya hutan mangrove yang dihadirkan untuk wisatawan namun juga hewan liar seperti kera yang hidup di hutan mangrove ini.

Siapa yang tidak terpesona dengan hijaunya daun-daun yang berjajar sepanjang jalan yang dilalui serta kera-kera yang bergelantungan di atas pohon menambah keliaran tempat wisata ini. Hutan Mangrove ini disebut juga sebagai titik hijau Kuala Langsa, banyak warga yang berdatangan setiap sore harinya untuk melepas penat atau sekedar memanjakan pandangan mereka. Tempat wisata ini jika di telusuri jalanannya cukup melelahkan, jadi alangkah baiknya berehat sejenak karna panjangnya itu sekitar 1,7km. Yahhh... cukup membakar lemak membandal. Oia, sampai lupa, pengunjung di kenakan tarif sebesar Rp 2.500/orang. Murah bukan? Jika anda bermain ke kota Langsa jangan lupa untuk mengunjungi Hutan Bakaunya. Dijamin tidak bakal mengecewakan dech.



Selesai berkeliling di hutan mangrove saatnya kembali ke rumah. Diperjalanan pulang aku diajak lagi singgah menikmati tepian laut...




Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan? Begitu indah ciptaan Allah tiada cacat sama sekali. Menjadikan siang dan malam, adanya mentari dan rembulan yang menemani perjalanan hidup manusia.

Karna matahari mulai terbenam, saatnya mencari rumah yang bisa dijadikan tempat bermalam untuk beberapa hari. Selama di Langsa aku akan tinggal di rumah Kak Awie salah satu teman kakakku yang di Langsa rumahnya dekat RH Cafee jalan kampoeng mutia.

Deli - Hafni - Ilham
Ketemu bareng kak Hafni yang merupakan salah satu relawan di Masyarakat Relawan Indonesia dan bang Ilham ini juga bergabung dalam lembaga kemasyarakatan yang sama dengan kak Hafni. Semoga mereka berjodoh :D :D Amiinn. Kebiasaan masyarakat Aceh yaitu ngopi, jadi jangan heran kalau di Aceh itu banyak sekali warung kopi yang menyajikan kopi-kopi khas aceh yang bikin balik lagi balik lagi untuk mencicipinya. Berhubung aku tidak bisa minum kopi dan kopi bagiku adalah sesutua yang memabukkan hahhaha jadi aku memilih untuk minum jus buah naga.
Selesai bercengkrama dengan Kak Hafni dan ngopi bareng, aku diajak melihat kota Langsa di malam hari.



Setelah berjalan-jalan menghabiskan malam sampai larut malam, aku kembali diantarkan pulang ke rumah Kak Awie, saatnya berehat untuk melanjutkan perjalanan esok harinya.


Hari ini aku diajak ke Hutan Lindung, Langsa. Pengunjung hanya dikenakan biaya masuk senilai Rp 2.500/orang, cukup murah bukan? Di tempat wisata Hutan Lindung ini pengunjung diwajibkan menggenakan pakaian sopan berbusana muslim karena sudah peraturan hukum di Aceh.

Hutan Lindung ini adalah salah satu objek wisata di Kota Langsa yang wajib kamu kunjungi ketika berlibur kemari. Mungkin karna masih suasa lebaran Hutan Lindung hari ini terlihat dipadati oleh pengunjung baik dari warga Langsa ataupun warga luar kota Langsa. Tidak hanya menyajikan pepohan besar dan asri namun juga ada berbagai jenis minuman dan makanan ringan yang dijajakan di sana dengan harga yang cukup ekonomis dan juga ada beberapa souvenir yang bisa kamu bawa buat oleh-oleh loh... Di Hutan Lindung ini kamu bisa menikmati jembatan gantung, flying fox, sepeda air, destinasi rumah pohon, dan juga melihat beberapa hewan yang dipamerkan di sana seperti Ular Pito, Unta, Berbagai jenis burung, monyet, landak, dan lain sebagainya.

Rumah Aceh
Mobil Tank
Jembatana Gantung
Rumah Pohon
Untuk naik ke atas kamu dikenakan biaya Rp 2.000/orang selama waktu 10 menit kamu berhak foto-foto diatasnya. Lewat dari 10 menit kamu akan dipanggil turun oleh penjaga yang ada di bawah. Kenapa harus 10 menit karena harus bergantian dengan pengunjung yang lainnya yang sedang menunggu di bawah. Rumah pohon ini hanya menampung kapasitas 6 orang untuk orang dewasa, jika lebih ditakutkan Rumah Pohon tidak dapat menahan beban dan ambruk. Untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan makanya Rumah Pohon ini dijaga agar tidak melebihi kapasitas yang ada dan tidak membahayakan pengunjung.




Untuk bermain sepeda air, kamu cukup membayar Rp 25.000 bersama pasanganmu. Cukup romantis bukan bermain bersama pasangan halalnya. :D Efek jomblo jadi hanya bisa menikmatinya dari sini saja.


Hutan Lindung ini cukup luas sekaliiiiiiiiiiii. Jadi bagi pengunjung bisa menyicil untuk menikmati pemandangan diarea tempat wisata. Jika ingin bersantai atau berehat sejenak bersama keluarga sambil menimati makanan yang di bawa kamu bisa menyewa tikar dengan harga sewa Rp 25.000/tikar atau kamu juga bisa bawa sendiri tikar dari rumah jika tidak ingin mengeluarkan uang lagi. Kamu bisa pilih sesuka hatimu ingin memasang tempat dimana saja asal tidak mengganggu perjalanan pengunjung lain. Tempat ini banyak didatangi oleh keluarga sambil bertamasya tidak sedikit mereka yang membawa tikar sendiri lalu dibentangkan di bawah pohon rindang yang menjulang tinggi ke atas. Tidak sedikit juda muda mudi yang hanya sekedar ingin mengabadikan foto mereka, bermain bersama teman-teman atau mengajak sanak saudara yang dari luar kota. Cukup mengasyikkan liburan kemari bukan. Dengan harga ekonomis kamu bisa berekreasi bersama keluarga tanpa harus bayar mahal.


Selesai mengelilingi hutan lindung dan waktu telah menunjukkan ashar kami bergegas keluar untuk mencari masjid. Berhubung mushola di dalam hutan lindung ramai dipadati pengunjung jadi kami mencari masjid di luar sekalian mengunjungi tempat lain yang bersejarah di kota Langsa.

Taman Bambu Runcing
Taman Bambu Runcing ini merupakan salah satu icon yang berada di Kota Langsa. Taman Bambu Runcing ini berada di Jl. Ahmad Yani tepat bersebelahan dengan Lapangan Merdeka. Taman ini banyak dikunjungi warga Langsa pada sore hari untuk bersantai karena tempatnya terbilang asri serta di dalam Taman Bambu Runcing ini terdapat wifi loh yang disediakan oleh KEMKOMINFO.  Untuk masuk ke lokasi kamu bisa memilih dari sisi kanan ataupun kiri karena terdapat dua pintu gerdang seperti di atas untuk jalur pengunjung.

Ketika masuk kamu disuguhkan pemandangan pohon yang bertandang rindang mengelilingi taman ini.

Taman Bambu Runcing ini dibangun pada Selasa, 17 Agustus 1948 sebagai bentuk hadiah Kemerdekaan Indonesia yang melawan penjajah dengan bambu runcing. Untuk mengabadikan moment itu dibangunlah taman ini. Gambar di atas adalah berbentuk lukisan pahatan yang menggambarkan perlawanan rakyat aceh dalam melawan penjajah dengan bambu runcing. Terlihat jelas di gambar tekad kemerdekaan yang terpancar dalam melawan penjajah. Hanya bersenjatakan bambu runcing rakyat Indonesia mampu memperolehkan kemenangan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa. Hidup Indonesia Tercinta...



Selesai mengambil beberap gambar aku mengajak makan ke WTC lagi... Lidahku serasa memanggil-manggil untuk menikmati hidangan di sana. Diperjalanan ke sana aku melihat ada padang rumput yang cocok dijadikan objek lensa kamera hpku hahhahha....




Tempat menyemak pun bisa dijadikan bahan memotret yang bagus loh tergantung bagaimana cara pengambilan gambarnya. Objek yang terlihat sederhana bisa jadi WOW...


Selesai makan dan melaksanakan ibadah solat maghrib di WTC, kami langsung menuju warung kopi ada salah satu anak MRI Langsa di sana namanya bang David sekalian mengisi hp yang sudah lowbate alias mati total.  Setelah dua jam bercerita dan batere hp mulai terisi penuh aku meminta untuk ke pasar malam. Jarang-jarang aku bisa menginjakkan kaki di pasar malam hahhaha...



Jam tangan sudah menunjukkan pukul 00:00 tepat aku baru menyadari waktu sudah beranjak tengah malam, namun aktifitas di pasar malam masih terasa ramai apalagi jalanan kota apa karna malam minggu dan masih suasana libur jadi waktu pun tak dihiraukan lagi.

Minggu pagi aku sudah bersiap packing-packing untuk kembali ke Medan karena hari Senin sudah kembali ke aktifitas semula yaitu bekerja bekerja dan bekerja. Ada rombongan 5 kereta teman bang Ilham yang akan ke Air Terjun Simpur yang berada di Desa Tenggulun, Aceh Tamiang. Karena lebih dekat ke Medan aku pun memutuskan untuk ikut sebelum balik Medan untuk menghabiskan libur sehari lagi. Sebelum pergi nyampai ke tempat yang dituju, mereka membeli ikan gurami yang dipancing sendiri di kolam. Berniat ingin memancing dan ternyata ikan tak kuncung memakan anak pancing jalan yang ditempuh adalah dengan menanggoknya hahhahaha.... Memancing adalah kegiatan yang mengasyikkan bagi yang hobby tapi bagi yang tidak hobby seperti aku ini memancing merupakan pekerjaan yang paling membosankan.

Objek Wisata Air Terjun Simpur, Desa tenggulun, Aceh Tamiang ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi. Jalanan menuju lokasi wisata merupakan jalanan kebun jadi bagi pengguna sepeda motor harap menggunakan maske penutup mulut agar terhindar dari abu. Cukup membingungkan jika orang awam memasuki lokasi ini karena jalanan sawit orang. Untung ada orang dalam yang menunjukkan arah. Untuk masuk ke lokasi objek wisata pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 5.000/orang cukup murah bukan. Aliran sungai ini terlihat jernih berhubung di dekat air terjun ramai pengunjung jadi kami memutuskan mencari tempat yang sepi pengunjung.

Bakar-Bakar Ikan untuk Makan Siang

Makan Siang Bersama


Makan siang uada, main air juga uda karena waktu sudah menunjukkan pukul 15:00 maka kita berbenah diri untuk kembali dan juga aku harus segera pulang ke Medan agar tidak kemalaman nyampe di rumah dan ada waktu untuk istirahat sejenak melepas lelah.

Keluar dari tempat wisata ke simpang tiga Aceh Tamiang itu memakan waktu kurang lebih 1,5 jam, jadi sekitar pukul 18:05 WIB aku baru naik L300 karena tidak ada minibus terpaksa naik itu saja walaupun agak sempit.

Sampai di sini dulu cerita liburaaaaannnnnnnnn di kota Langsaaaaaaaaaaaa....
See You Bye Bye...

One Heart Hill Telagah Batu Mbelang, Langkat

Langkat terkenal dengan kesejukan air sungainya, kini hadir dengan pesona unik yang ditampilkan dari tempat wisata "One Heart Hill Bat...