Lebaran telah usai, namun liburan masuk kantor masih panjang untuk dilalui dengan hanya berdiam diri di rumah. Biasanya setiap orang punya cara tersendiri untuk mengisi kekosongan di waktu libur misalnya pergi jalan-jalan keluar kota, provinsi, pulau ataupun keluar negeri.
Jalan-jalan hemat yang tidak jauh dari kota Medan dan tidak memakan biaya yang cukup besar, aku memilih kota yang terdekat yaitu Langsa. Kota Langsalah yang menjadi sasaran untuk mengisi liburan saat ini. Untuk sampai ke Langsa bisa menggunakan sepeda motor, mobil pribadi atau transportasi umum. Aku memilih menggunakan mini bus menunggu di terminal pinang baris, harga tiket perorangnya Rp 45.000,- dikarenakan lebaran harga tiket naik Rp 10.000,-. Perjalanan dari Medan ke Langsa berkisaran 3 sampai 4 jam perjalanan tergantung kecepatan supir mengemudi mobilnya.
Pukul 14:00 WIB saya tiba di Kota Langsa. Dari simpang tugu itu aku menunggu teman yang akan menjemput dan menjadi guide selama aku berada di Langsa yaitu abangda Ilham ^_^. Karena perut belum diisi dan juga sudah lewat dari jam makan siang, maka terlebih dahulu kami mencari tempat untuk mengisi lambung sejenak. Beliau mengajak aku ke Cafe Terapung yaitu WTC (Wira Terapung Cafe) yang berlokasi di Kuala Langsa.
 |
Restaurant Terapung |
Wira Terapung Cafe ini menjadi sasaran pengunjung untuk menikmati mie seafood yang sangat sangat memanjakan lidah bagi pencinta mie aceh. Harga yang ditawarkan pun cukup murah bagi penikmat kuliner. Di WTC ini aku memesan menu mie aceh kepiting dan teh manis dingin. Sudah lama sekali aku menginginkan makan mie aceh kepiting di Kuala ini... Rasaaaanyaaa gak bisa move on ^_^
 |
Wira Terapung Cafe |
Selain harga yang cukup ekonomis untuk harga seafoodnya, di WTC juga menyuguhkan tempat makan yang asri yang dibawahnya itu ada ikan-ikan kecil berenang kesana kemari. Cukup nyaman bagiku menikmati makanan sambil melihat pemandangan nuansa laut yang menggode serta hutan bakau yang hijau menambah kesejukan mata memandang.
 |
Pelabuhan Kuala |
Setelah menikmati makanan dan menunaikan solat dzuhur, beliau mengajak aku pergi ke Pelabuhan Kuala yang tidak jauh dari WTC. Masuk pelabuhan dikenakan biaya sebesar Rp 2.500,- persepeda motor. Di dalam pelabuhan ternyata sudah ramai wisata lokal maupun dari luar kota yang berkunjung ke pelabuhan ini hanya sekedar mengambil beberapa gambar dan ada juga yang memancing, duduk senda gurau sambil menikmati jajanan atau menunggu anak mereka bermain-main air laut di tepian. Dari sini kita bisa menikmati hembusan angin pantai serta matahari yang tidak menyilaukan mata. Ada beberapa kapal yang parkir seperti di gambar menambah suasana pelabuhannya.
Menurut pengakuan bang Ilham, kalau pelabuhan ini pernah dijadikan markas pengungsian warga Rohingya. Mereka diangkut dari kapal yang kayu yang terdampar di tengah lautan aceh dan di bawa oleh nelayan yang menemukan mereka. Ada beberapa tenda yang di buat untuk tempat sementara mereka melepas kepenatan. Selama di sini, warga Rohingya banyak di bantu oleh masyarakat Langsa, tidak hanya dari makanan mereka juga pakaian, mengaji dan lainnya. Masyarakat Aceh yang nilai agamanya masih dibilang kental ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai islam.
 |
Hutan Mangrovee Kuala |
Dari pelabuhan kita akan berpindah ke Hutan Mangrove. Hutan Mangrove Kuala Langsa ini adalah salah satu tempat wisata yang banyak diminati oleh warga Langsa karena pesona mangrove yang memanjagakan mata. Tidak hanya hutan mangrove yang dihadirkan untuk wisatawan namun juga hewan liar seperti kera yang hidup di hutan mangrove ini.

Siapa yang tidak terpesona dengan hijaunya daun-daun yang berjajar sepanjang jalan yang dilalui serta kera-kera yang bergelantungan di atas pohon menambah keliaran tempat wisata ini. Hutan Mangrove ini disebut juga sebagai titik hijau Kuala Langsa, banyak warga yang berdatangan setiap sore harinya untuk melepas penat atau sekedar memanjakan pandangan mereka. Tempat wisata ini jika di telusuri jalanannya cukup melelahkan, jadi alangkah baiknya berehat sejenak karna panjangnya itu sekitar 1,7km. Yahhh... cukup membakar lemak membandal. Oia, sampai lupa, pengunjung di kenakan tarif sebesar Rp 2.500/orang. Murah bukan? Jika anda bermain ke kota Langsa jangan lupa untuk mengunjungi Hutan Bakaunya. Dijamin tidak bakal mengecewakan dech.




Selesai berkeliling di hutan mangrove saatnya kembali ke rumah. Diperjalanan pulang aku diajak lagi singgah menikmati tepian laut...
Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan? Begitu indah ciptaan Allah tiada cacat sama sekali. Menjadikan siang dan malam, adanya mentari dan rembulan yang menemani perjalanan hidup manusia.
Karna matahari mulai terbenam, saatnya mencari rumah yang bisa dijadikan tempat bermalam untuk beberapa hari. Selama di Langsa aku akan tinggal di rumah Kak Awie salah satu teman kakakku yang di Langsa rumahnya dekat RH Cafee jalan kampoeng mutia.
 |
Deli - Hafni - Ilham |
Ketemu bareng kak Hafni yang merupakan salah satu relawan di Masyarakat Relawan Indonesia dan bang Ilham ini juga bergabung dalam lembaga kemasyarakatan yang sama dengan kak Hafni. Semoga mereka berjodoh :D :D Amiinn. Kebiasaan masyarakat Aceh yaitu ngopi, jadi jangan heran kalau di Aceh itu banyak sekali warung kopi yang menyajikan kopi-kopi khas aceh yang bikin balik lagi balik lagi untuk mencicipinya. Berhubung aku tidak bisa minum kopi dan kopi bagiku adalah sesutua yang memabukkan hahhaha jadi aku memilih untuk minum jus buah naga.
Selesai bercengkrama dengan Kak Hafni dan ngopi bareng, aku diajak melihat kota Langsa di malam hari.
Setelah berjalan-jalan menghabiskan malam sampai larut malam, aku kembali diantarkan pulang ke rumah Kak Awie, saatnya berehat untuk melanjutkan perjalanan esok harinya.
Hari ini aku diajak ke Hutan Lindung, Langsa. Pengunjung hanya dikenakan biaya masuk senilai Rp 2.500/orang, cukup murah bukan? Di tempat wisata Hutan Lindung ini pengunjung diwajibkan menggenakan pakaian sopan berbusana muslim karena sudah peraturan hukum di Aceh.
Hutan Lindung ini adalah salah satu objek wisata di Kota Langsa yang wajib kamu kunjungi ketika berlibur kemari. Mungkin karna masih suasa lebaran Hutan Lindung hari ini terlihat dipadati oleh pengunjung baik dari warga Langsa ataupun warga luar kota Langsa. Tidak hanya menyajikan pepohan besar dan asri namun juga ada berbagai jenis minuman dan makanan ringan yang dijajakan di sana dengan harga yang cukup ekonomis dan juga ada beberapa souvenir yang bisa kamu bawa buat oleh-oleh loh... Di Hutan Lindung ini kamu bisa menikmati jembatan gantung, flying fox, sepeda air, destinasi rumah pohon, dan juga melihat beberapa hewan yang dipamerkan di sana seperti Ular Pito, Unta, Berbagai jenis burung, monyet, landak, dan lain sebagainya.
 |
Rumah Aceh |
 |
Mobil Tank |
 |
Jembatana Gantung |
 |
Rumah Pohon |
Untuk naik ke atas kamu dikenakan biaya Rp 2.000/orang selama waktu 10 menit kamu berhak foto-foto diatasnya. Lewat dari 10 menit kamu akan dipanggil turun oleh penjaga yang ada di bawah. Kenapa harus 10 menit karena harus bergantian dengan pengunjung yang lainnya yang sedang menunggu di bawah. Rumah pohon ini hanya menampung kapasitas 6 orang untuk orang dewasa, jika lebih ditakutkan Rumah Pohon tidak dapat menahan beban dan ambruk. Untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan makanya Rumah Pohon ini dijaga agar tidak melebihi kapasitas yang ada dan tidak membahayakan pengunjung.
Untuk bermain sepeda air, kamu cukup membayar Rp 25.000 bersama pasanganmu. Cukup romantis bukan bermain bersama pasangan halalnya. :D Efek jomblo jadi hanya bisa menikmatinya dari sini saja.


Hutan Lindung ini cukup luas sekaliiiiiiiiiiii. Jadi bagi pengunjung
bisa menyicil untuk menikmati pemandangan diarea tempat wisata. Jika
ingin bersantai atau berehat sejenak bersama keluarga sambil menimati
makanan yang di bawa kamu bisa menyewa tikar dengan harga sewa Rp
25.000/tikar atau kamu juga bisa bawa sendiri tikar dari rumah jika
tidak ingin mengeluarkan uang lagi. Kamu bisa pilih sesuka hatimu ingin
memasang tempat dimana saja asal tidak mengganggu perjalanan pengunjung
lain. Tempat ini banyak didatangi oleh keluarga sambil bertamasya tidak
sedikit mereka yang membawa tikar sendiri lalu dibentangkan di bawah
pohon rindang yang menjulang tinggi ke atas. Tidak sedikit juda muda
mudi yang hanya sekedar ingin mengabadikan foto mereka, bermain bersama
teman-teman atau mengajak sanak saudara yang dari luar kota. Cukup
mengasyikkan liburan kemari bukan. Dengan harga ekonomis kamu bisa
berekreasi bersama keluarga tanpa harus bayar mahal.

Selesai mengelilingi hutan lindung dan waktu telah menunjukkan ashar kami bergegas keluar untuk mencari masjid. Berhubung mushola di dalam hutan lindung ramai dipadati pengunjung jadi kami mencari masjid di luar sekalian mengunjungi tempat lain yang bersejarah di kota Langsa.
 |
Taman Bambu Runcing |
Taman Bambu Runcing ini merupakan salah satu icon yang berada di Kota Langsa. Taman Bambu Runcing ini berada di Jl. Ahmad Yani tepat bersebelahan dengan Lapangan Merdeka. Taman ini banyak dikunjungi warga Langsa pada sore hari untuk bersantai karena tempatnya terbilang asri serta di dalam Taman Bambu Runcing ini terdapat wifi loh yang disediakan oleh KEMKOMINFO. Untuk masuk ke lokasi kamu bisa memilih dari sisi kanan ataupun kiri karena terdapat dua pintu gerdang seperti di atas untuk jalur pengunjung.
Ketika masuk kamu disuguhkan pemandangan pohon yang bertandang rindang mengelilingi taman ini.
Taman Bambu Runcing ini dibangun pada Selasa, 17 Agustus 1948 sebagai bentuk hadiah Kemerdekaan Indonesia yang melawan penjajah dengan bambu runcing. Untuk mengabadikan moment itu dibangunlah taman ini. Gambar di atas adalah berbentuk lukisan pahatan yang menggambarkan perlawanan rakyat aceh dalam melawan penjajah dengan bambu runcing. Terlihat jelas di gambar tekad kemerdekaan yang terpancar dalam melawan penjajah. Hanya bersenjatakan bambu runcing rakyat Indonesia mampu memperolehkan kemenangan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa. Hidup Indonesia Tercinta...
Selesai mengambil beberap gambar aku mengajak makan ke WTC lagi... Lidahku serasa memanggil-manggil untuk menikmati hidangan di sana. Diperjalanan ke sana aku melihat ada padang rumput yang cocok dijadikan objek lensa kamera hpku hahhahha....
Tempat menyemak pun bisa dijadikan bahan memotret yang bagus loh tergantung bagaimana cara pengambilan gambarnya. Objek yang terlihat sederhana bisa jadi WOW...
Selesai makan dan melaksanakan ibadah solat maghrib di WTC, kami
langsung menuju warung kopi ada salah satu anak MRI Langsa di sana
namanya bang David sekalian mengisi hp yang sudah lowbate alias mati
total. Setelah dua jam bercerita dan batere hp mulai terisi penuh aku meminta untuk ke pasar malam. Jarang-jarang aku bisa menginjakkan kaki di pasar malam hahhaha...
Jam tangan sudah menunjukkan pukul 00:00 tepat aku baru menyadari waktu sudah beranjak tengah malam, namun aktifitas di pasar malam masih terasa ramai apalagi jalanan kota apa karna malam minggu dan masih suasana libur jadi waktu pun tak dihiraukan lagi.

Minggu pagi aku sudah bersiap packing-packing untuk kembali ke Medan karena hari Senin sudah kembali ke aktifitas semula yaitu bekerja bekerja dan bekerja. Ada rombongan 5 kereta teman bang Ilham yang akan ke Air Terjun Simpur yang berada di Desa Tenggulun, Aceh Tamiang. Karena lebih dekat ke Medan aku pun memutuskan untuk ikut sebelum balik Medan untuk menghabiskan libur sehari lagi. Sebelum pergi nyampai ke tempat yang dituju, mereka membeli ikan gurami yang dipancing sendiri di kolam. Berniat ingin memancing dan ternyata ikan tak kuncung memakan anak pancing jalan yang ditempuh adalah dengan menanggoknya hahhahaha.... Memancing adalah kegiatan yang mengasyikkan bagi yang hobby tapi bagi yang tidak hobby seperti aku ini memancing merupakan pekerjaan yang paling membosankan.

Objek Wisata Air Terjun Simpur, Desa tenggulun, Aceh Tamiang ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi. Jalanan menuju lokasi wisata merupakan jalanan kebun jadi bagi pengguna sepeda motor harap menggunakan maske penutup mulut agar terhindar dari abu. Cukup membingungkan jika orang awam memasuki lokasi ini karena jalanan sawit orang. Untung ada orang dalam yang menunjukkan arah. Untuk masuk ke lokasi objek wisata pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 5.000/orang cukup murah bukan. Aliran sungai ini terlihat jernih berhubung di dekat air terjun ramai pengunjung jadi kami memutuskan mencari tempat yang sepi pengunjung.
 |
Bakar-Bakar Ikan untuk Makan Siang |
 |
Makan Siang Bersama |
Makan siang uada, main air juga uda karena waktu sudah menunjukkan pukul 15:00 maka kita berbenah diri untuk kembali dan juga aku harus segera pulang ke Medan agar tidak kemalaman nyampe di rumah dan ada waktu untuk istirahat sejenak melepas lelah.
Keluar dari tempat wisata ke simpang tiga Aceh Tamiang itu memakan waktu kurang lebih 1,5 jam, jadi sekitar pukul 18:05 WIB aku baru naik L300 karena tidak ada minibus terpaksa naik itu saja walaupun agak sempit.
Sampai di sini dulu cerita liburaaaaannnnnnnnn di kota Langsaaaaaaaaaaaa....
See You Bye Bye...