Minggu, 24 Juli 2016

Uniknya Berkunjung di Desa Alai, Kundur

Pernikahan abangda ku Dodi Armansyah dengan Maryani Putri (gadis dari desa Alai) membawaku beserta keluarga dapat menginjakkan kaki ke kota Batam untuk pertama kalinya. Senin, 18 Juli 2016 kami pun berangkat dari Bandara Kualanamu jam 08:25 yang membuat kami harus bangun pagi-pagi mengejar pesawat dari Kampung Lalang atau sering disebut KL. 

Aku - Dini - Dian - Devi - Mamake
Habis lebaran pun harga tetap mahal, untuk itu dari Medan hanya 5 orang saja yang mewakili karena sudah pada masuk kerja dan tidak bisa mengambil cuti tambahan. Setelah boarding pass, sekitar 25 menit kami menunggu baru jadwal penerbangan pun tiba. Kami mengikuti jalur yang telah ditetapkan dengan aman dan tidak tergesah-gesah.

Dari Bandara Kualanamu (Medan) Ke Hang Nadim (Batam) memakan waktu penerbangan sekitar 1jam20menit dengan maskapai Lion saat ini. Kami mengambil tiket PP agar tidak ribet lagi untuk memasan tiket pulang.

Pukul 10:00 kami pun tiba di bandara Hang Nadim, Batam. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di bandara ini. Untuk menuju desa Alai kami di jemput oleh Bang Rizal yang merupakan saudara dari kak Maryani. Dari bandara kami menuju pelabuhan batam untuk menyebrang ke Tanjung Batu jarak tempuhnya sekitar 45 menit dengan menggunakan taksi. Kurang tau apa nama pelabuhan ini tapi di pelabuhan ini cukup ramai orang yang berjualan oleh-oleh khas batam. 

Menunggu di Pelabuhan Batam
Baru kali ini aku kelelahan dalam perjalanan, ngantuk plus lapar menghinggapiku saat ini. Mencari makanan dahulu sebelum lanjut naik ferry. Kami makan di salah satu rumah makan di dalam pelabuhan di sana, harga seporsi Rp 20.000 dengan lauk ayam teh manis dingin (mandi) Rp 7.000. Cukup mahal makanan yang ditawarkan ini, mau gak mau ya harus tetap beli untuk sekedar mengisi lambung.
Tiket Ferry untuk menyebrang ke Tanjung Batu telah di beli dengan jadwal keberangkatan pukul 12:00 WIB, namun karena menunggu penumpang lagi akhirnya kapal berangkat 12:35 WIB. Perasaan apa yang menghantui saat itu ketika melihat kondisi kapal yang cukup membuatku pusing. Aku membayangkan kapal ferry yang berukuran besar seperti ketika aku menyebrang ke sabang. Tidak tahunya hanya kapal kecil dengan penumpang yang padat merayap dengan harga tiket Rp 200.000 perorang. Mahal bukan untuk orang awam yang baru saja menginjakkan kakinya di sini.
Kami duduk terpisah, mana yang ada tempat kosong ya diduduki sebelum diambil orang. Aku duduk di paling depan, dengan seorang ibu yang membawa anaknya. Mungkin saat itu aku berpikir sial mendapatkan posisi duduk di sini, karena disampingku seorang ibu yang selalu muntah dalam perjalanan, belakangku bawa minyak yang sangat menyengat aku pun kurang tahu jenis minyak apa yang digunakan nenek itu, dan di depanku, anaknya yang rewel kerap kali menangis kencang. Niatnya untuk tidur dalam perjalanan tapi alhasil selama 2 jam aku menahan kantuk dan juga bawa yang mengganggu serta menahan agar aku tidak terpancing dengan suara muntahan ibu yang disebelahku. Cukup horor juga hidupku selama 2 jam di atas kapal. Tidak sesuai pemikiran bahwa aku bisa menikmati pemandangan dari ferry, hempasan angin, melihat air yang terbelah oleh mesin kapal. Wichhh.... jauh dari prediksi. Hahhaha... tapi namanya juga hidup ya harus dinikmati.

Pelabuhan Tanjung Batu
Dua jam berlalu, kapal pun menepi di Pelabuhan Tanjung Batu. Opzz... Perjalanan belum berakhir sampai di sini, kami harus menyebrang menggunakan getek/perahu kayu kecil yang menggunakan mesin boat untuk tiba di Desa Alai.

Di atas Sampan
Dengan menggunakan sampan ini kami menyebrang ke Desa Alai yang dikenakan tarif Rp 5.000/orang. Lebih kurang 7 menit untuk menyebrang sampai di Desa Alai, untuk yang penakut naik perahu kecil ini dengan arus yang goyang-goyang waktu 7 menit itu serasa 1 jam. Cukup menghibur juga menaiki perahu ini berbaur dengan penduduk desa Alai.
Makan Bersama di Rumah Maryani
Sampainya di pelabuhan kecil desa Alai, kami di jemput dengan beberapa kereta yang sudah siap menunggu kedatangan kami.


Sesampainya di rumah sang pengantin wanita, kami langsung di sambut hangat oleh pemilik rumah dihidangkan es sirup dan juga makanan untuk pelepas lapar dan dahaga yang sejak tadi selalu mengusik. Cukup jauh perjalanan menempuh rumah sang wanita idaman abangda. Kalau jodoh gak kemana lautan pun di sebrangi demi adinda seorang. Hahhahah....

Desa Alai merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Bahasa yang digunakan penduduk setempat yaitu Bahasa Melayu dan mata pencaharian mereka kalau tidak nelayan, berladang atau kerja di Malaysia, Singapura dan Batam. Malam ini kami akan menginap rumah makcik yang rumahnya tidak jauh dari rumah Kak Maryani.

Foese sama Pemilik Rumah
Makcik (baju kuning) ini yang kami tempati rumahnya untuk bermalam beberapa hari di sini. Suasana rumah yang bersih, rapi dan juga asri membuat kami nyaman. Etzz... yang paling penting pemilik rumahnya ramah banget jadi buat kangen untuk kembali lagi ke sana.
Di desa Alai ini kamu tidak akan kecewa dech, desa ini sangat nyaman serta sejuk banget. Pemandangan desa yang juga buat hati dag dig dug ini dapat memecahkan penatmu di dunia kota yang sumpek akan lalu lintas yang padat.
Hari ini kami akan pergi ke kota Tanjung Batu untuk menyaksikan live report ijab kabul bang dodi di KUA (Kantor Urusan Agama). Nikah di KUA itu gratis loh... Untuk kamu para jomblo jangan takut nikah ya.

Sambil menunggu yang lainnya berkumpul, kita foto-foto manis dulu di sini. Cukup bagus pemandangannya dan juga angin yang berhempus secara bergantian itu membuatku sejuk serta merasa damai.


Pasangan Pengantin
Cukup lama kata SAH itu terucap, mungkin akibat grogi jadi asyik belepotan lidah itu menyebutkan kata demi katanya. Slow Enjoy my brother...


Keluarga dari Pihak Pria

Keluarga dari Pihak Wanita
Rombongan Penganten Pulang dari KUA
Baru pertama ini melihat pengantin naik perahu boat seperti ini. Pengamalan unik bukan? Hari ini kami menyewa kapal boat pulang pergi agar tidak dinaiki oleh penumpang lain supaya muat buat rombonan keluarga ini.

Acara Katam Al-Qur'an
Setelah selesai ijab kabul di Kota Tanjung Batu, kami mempersiapkan untuk acara katam Al-Qur'an di rumah. Di desa Alai biasa sering dilakukan acara katam Al-Qur'an bagi anak/keluarga mereka yang telah selesai membaca Al-Qur'an dengan baik. Mereka yang katam Al-Qur'an diarak dari masjid menuju rumah diiringi dengan marhaban anak remaja masjid serta beberapa bingkisan serta hiasan telur seperti mengantar pengantin. Perayaan ini dilakukan agar anak-anak dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan mengamalkan kandungan didalamnya dalam kehidupan sehari-hari.

Selesai acara katam Al-Qur'an dan beristirahat sejenak, lalu kami diajak ke tempat wisata yang terkenal di daerah ini yaitu Batu Limau. Objek Wisata Batu Limau ini terletak di Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Tempat wisata ini mengekspos batu-batu yang mirip dengan kehidupan manusia. Wich... Unikkan??


Wisata Objek Batu Limau
Ketika pertama kali masuk ke tempat wisata ini kalian akan di sambut dengan gambar seperti di atas. Masuk ke dalam objek wisata kalian akan di paparkan dengan batu-batuan besar yang beraneka bentuk serta pemandangan laut yang tak kalah asyiknya. Masyarakat Kundur mungkin tidak asing lagi dengan objek wisata yang tersohor dan mengandung misteri.


Nah, untuk kamu wisatawan yang baru pertama kali datang kemari lebih baik mengajak orang yang mengenal daerah setempat karena cukup unik paparan kisah-kisah dulu yang diceritakan yang mengajakmu untuk kembali mengingat sejarah-sejarah ataupun semacam cerita legenda.
Tempat yang menyajikan beraneka ragam bentuk batuan ini mampu menghinoptis kamu yang hanyut akan keasrian pemandangan ini. Aku sampai terkagum-kagum melihat kekuasaan Allah yang tak pernah mengecewakan. Tempat ini cocok didatangi pada sore hari sekalian jalan-jalan santai agar terik mataharinya tak terlalu menyengat.

Batu Limau

Jenis-jenis batuan yang memiliki bentuk unik tersebut antara lainnya berupa batu panci, batu lesung, batu bilik kamar, batu pengantin, batu sendok, batu kelamin wanita, batu kelamin pria, batu limau dan banyak lagi. Ternyata objek wisata Batu Limau ini mengandung cerita turun temurun yang terkenal di Masyarakat Kundur. Konon katanya ada anak raja yang jatuh cinta kepada seorang nelayan, namun dikarenakan putri raja tidak pantas menikah dengan seorang nelayan (rakyat biasa) raja tidak mengizinkan sang putri untuk menjalain hubungan dengan nelayan. Mendapat tentangan kuat dari sang raja, putri akhirnya jatuh sakit. Melihat kondisi putrinya yang semakin hari semakin tak berdaya menahan cintanya kepada pria nelayan, akhirnya sang raja memberi restu agar putri menikah dengan pria nelayan itu. Namun, karena ada sumpah serapah/pantangan dari nenek moyang mereka bahwa keluarga kerajaan tidak bisa menikah dari kalangan masyarakat biasa, maka pada saat hantaran itu terjadilah kutukan yang mengakibatkan rombongan keluarga kerajaan semuanya menjadi batu. Termasuk buah limau buah hantaran untuk pesta anak raja.
Batu Pengantin
Ini dia batu yang menyerupai pengantin ini, kononnya adalah pasangan sang putri dengan pria nelayan yang telah berubah menjadi batu.


Batu Kapal
Batu Kelamin

 

















Sayangnya tempat ini tidak terurus, banyak sekali sampah yang berserakan dan jaring nelayan yang tak terpakai lagi. Andai saja ini dirawat dan diperbarui maka tempat ini bisa menjadi objek wisata yang terkenal dengan bebatuan uniknya yang menarik minat pecinta destinasi unik tidak hanya turis lokal termasuk turis mancanegara.

Setlah kembali ke rumah dan berehat sebentar, selesai maghrib kami harus bersiap-siap karena akan ada hantaran ke rumah mempelai wanita sekaligus acara tepung tawar.

Hantaran
Tradisi hantaran hampir di setiap penjuru kita temukan baik di masyarakat kuno ataupun masyarakat modren. Beraneka jenis hantaran yang biasa di isi seperti mukenah, Al-Qur'an, perlengkapan make up, sepatu, baju, dll.

Tradisi Tepung Tawar
Tepung tawar merupakan tradisi adat melayu yang biasa dilaksanakan pada acara pernikahan, sunatan, menambal nama, menyambut jamaah ibadah haji, syukuran dan lain sebagainya. Acara tepung tawar ini diiringi lantunan shalawat nabi dan marhaban yang biasa dibawakan oleh kumpulan nasyid bapak-bapak yang ada di kampung setempat. Dalam sebuah pernikahan Tepung Tawar merupakan simbol pemberian dan do'a restu bagi kesejahteraan kedua pengantin, disamping sebagai penolak bala dan gangguan. Orang tua dahulu mengatakan: "Yang disebut Tepung Tawar menawar segala yang berbisa, menolak segala bencana, mendinding segala bala dan menepis segala bahaya"

Keluarga Pihak Pengantin Pria
Keluarga dari Pihak Pengantin Wanita
Setelah tepung tawar, makan bersama serta foto bareng saatnya berkibotan ria sampai malam. Sayangnya tidak divideoin karena sudah larut malam.


Besok paginya adalah acara pengantaran pengantin pria ke rumah mempelai wanita. Iring-iringan pengantin ini di iringi dengan lantunan marhabandan yang diikuti oleh keluarga pengantin pria di belakangnya. Sampai di kediaman pengantin wanita, pria di sambut oleh pantun-pantun melayu dan juga pencak silat yang menggambarkan ucapan selamat datang kepada pengantin pria yang akan menjadi bagian dari keluarga mereka.


Sudah ramai sekali tamu undangan yang datang, siap foto bareng dan makan-makan bersama tamu yang lain sambil menikmati musik yang disediakan di atas panggung itu. Jam 14:00 WIB acara berakhir begitu damai. Dan kami pun langsung mencari tempat mana yang bisa dikunjungi sebelum kembali pulang lusa paginya.

Objek Wisata Batu Beliang
Objek Wisata Batu Beliang merupakan salah satu tempat wisata selain Batu Limau di Kundur. Batu beliang adalah tempat dimana terdapat berbagai macam bebatuan unik di pinggir pantai yang tidak jauh dari Batu Limau. Tempat ini tidak kalah menarik sebagai tempat untuk di kunjungi, yang mempunyai nilai sejarah seperti halnya Batu Limau. Batu-batuan yang berukuran besar yang banyak terdapat di sekitar bibir pantai dan juga banyak pohon bakau yang berjajar mengiri pesisir lautan. Batu Beliang banyak di kunjungi oleh

masyarakat setempat karena mempunyai keunikan dengan ukuran batu yang besar-besar dan mempunyai lubang dengan diameter besar yang berbentuk seperti gua. Tempat ini sering dijadikan objek untuk tempat prewedding oleh masyarakat setempat dikarena tempatnya yang unik serta bebatuan yang menggugah selera photographer untuk mencari lokasi yang nyaman dan terjangkau dari rumah. Tempat ini snagat cocok di datangi pada sore hari karena banyak sekali wisatawan lokal yang bermain, sekedar melepas waktu senja di sini sambil bercengkrama menikmati tiupan angin yang semilir datang bergantian. Banyak sekali tempat-tempat yang bisa dijadikan bahan foto khususnya bagi anda yang hobi motret tempat ini sangat cocok untuk didatangi.
Hutan bakau yang tumbuh berjejer rapi seakan mengajak kita untuk mengabadikan tempat ini dengan lensa kamera.


Setelah matahari menunjukkan sayap senjanya, kami pun kembali ke rumah untuk berehat sejenak melepas letih dengan aktifitas yang menyenangkan hari ini.

Besok sorenya kami kembali berjalan-jalan santai sekeliling kampung. Ternyata ada yang terlewatkan ketika kita pergi ke batu limau...
Di sini kalian bisa duduk-duduk bersantai bersama teman sambil bermain gitar untuk melepas waktu sore daripada di rumah tidak ada yang dikerjakan. Tempat ini dekat dengan batu limau, ada sebuah tempat yang biasa digunakan anak muda setempat untuk bercengkrama di sini.
Di sekitar sini pun kalian bisa mengabadikan beberapa objek dengan lensa kamera. Cukup cantik juga tempat ini meskipun terlihat tidak terawat.
Keunikan tempat ini adalah adanya beberapa tempat yang menjadikan tempat ini menjadi salah satu tempat nongkrong anak muda kundur, belakang sana kamu bisa naik mendaki untuk mencari buruan burung. Biasa setiap sore seperti ini banyak sekali yang berburu burung-burung hanya sekedar melepas hobi.

Ada kumpulan bunga-bunga kecil yang tumpuh rapi meski terlihat seperti semakbelukar tapi tempat ini sangat unik dan juga ada pohon-pohon rindang yang menambah kesejukan tempat ini. Ada beberapa batu besar yang menarik perhatianku untuk mengambil gambar di sana serta ada beberapa perahu kayu punya nelayan yang berjajar di bawah pohon nan rindang.


Setelah matahari kian meredup kami bergegas untuk pulang ke rumah. Eitzzz... ada satu tempat lagi yang akan disinggahi sebelum pulang.

Ini dia pelabuhan tempat berhentinya kapal untuk mengangkut minyak ataupun barang lainnnya. Rel ini menghubungkan ke kapal loh agar para pekerja tidak terlalu capek untuk mengangkat barang-barang banyak dengan tenaga mereka. Cukup indah juga pemandangan di sekitar, dari sini kamu bisa melihat negara Singapura dan Malaysia. Cukup dekat buka, untuk menginjakkan kaki ke sana kamu hanya perlu menyebrangi kapal sekitar 2 jam saja.

Waghhhh... Banyak sekali tempat yang dikunjungi di Kacamatan Kundur ini, bakalan kangen untuk kembali lagi. Besok pagi kita harus siap-siap kembali ke Medan.

Bandara Kualanamu
Sampai juga akhirnya di Medan kota tercinta untuk kembali melaksanakan rutinitas seperti biasanya. Sampai jumpa kembali keluarga di Desa Alai semoga diringankan langkah ini untuk kembali ke sana. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Heart Hill Telagah Batu Mbelang, Langkat

Langkat terkenal dengan kesejukan air sungainya, kini hadir dengan pesona unik yang ditampilkan dari tempat wisata "One Heart Hill Bat...